GridPop.ID - Sebagian besar masyarakat memang masih merokok.
Kebiasaan merokok ini sangat sulit dihilangkan lantaran sudah menjadi candu bagi penggunanya.
Berbagai kalangan, baik anak muda hingga dewasa melakukannya.
Bahkan tak jarang pula kini ditemui para wanita yang juga merokok.
Tak hanya rokok tembakau, kini mulai bermunculan variasi baru untuk merokok.
Salah satunya adalah dengan vape atau rokok elektrik.
Pengguna rokok atau vape ini pun tak hanya di Indonesia, melainkan juga banyak dilakukan oleh berbagai masyarakat di seluruh belahan dunia.
Para pengguna rokok mungkin sudah tahu bahaya rokok yang banyak didengungkan.
Kemunculan vape pun dijadikan alternatif dan dianggap lebih sehat karena lebih canggih.
Namun, sesungguhnya keduanya memiliki bahaya yang sama.
Bahkan kerusakan paru-paru akibat konsumsi vape ini pun nyata adanya.
Hal ini dirasakan oleh Clarie, perempuan yang tinggal di Amerika ini harus terbaring lemah karena terjadi kerusakan pada paru-parunya.
Wanita berusia 19 tahun ini mengaku dirinya kerap menggunakan vape.
Hingga suatu hari ia merasakan demam tinggi mendadak dan tanpa sebab.
Melalui unggahan di Instagramnya @clairechunggg pada 30 Desember 2019 lalu, Claire menceritakan kondisinya.
Unggahannya pun sekaligus menjadi peringatan pada orang yang menggunakan vape atau hal serupa.
"Selama 3 minggu terakhir, saya mengalami demam tinggi secara konsisten pada 104 (derajat) tanpa gejala lainnya. Dari sini, kami mengira flu atau pilek jadi setelah beberapa minggu meminum obat OTC tapi tak membaik, saya pergi untuk memeriksakan lebih lanjut," terangnya.
Ia pun melakukan berbagai tes soal kesehatannya itu karena sudah berminggu-minggu minum obat namun tak sembuh juga.
"Setelah mempertimbangkan malaria, gangguan autoimun, dan banyak tes lainnya, rontgen dada menunjukkan apa yang mereka rasakan adalah pneumonia ringan di bagian bawah paru-paru kiri saya. Setelah menggunakan dua antibiotik selama 48 jam, demamnya masih melonjak hingga 104, jadi saya pergi ke UGD pada pagi hari saat Natal," ujarnya.
Hingga akhirnya ia pun melakukan CT scan pada paru-parunya dan terkejut mendapati hasilnya.
"Paru-paru yang sehat pada pemindaian harusnya berwarna hitam. Paru-paru saya yang berusia 19 tahun benar-benar berkabut dan putih di pemindaian, seluruhnya menutupi kedua paru-paru. Saya dibawa dengan ambulans untuk dirawat di perawatan yang lebih intensif," tambahnya.
"Setelah melakukan lebih banyak tes dan bronkoskopi, ditentukan bahwa tidak ada infeksi dan jaringan paru-paru saya benar-benar hancur karena menggunakan juul, vape, dan oil cartridges," ungkapnya.
Merasa sudah diambang batas, Claire pun mengingatkan semua orang bahwa yang dialaminya adalah nyata.
"Dalam hal ini, saya kemungkinan besar akan MATI dalam bulan berikutnya.
Silakan ambil dari pengalaman pribadi bahwa ini BUKAN layak dari sesuatu yang sebodoh perangkat nikotin. Cerita yang Anda dengar secara online ini NYATA. Kematian adalah kemungkinan yang SANGAT nyata, saya masih dirawat di rumah sakit pada daftar cucian obat-obatan iv dan steroid, saya mungkin memiliki jaringan parut permanen di paru-paru saya, dan itu semua karena juul dan carts," pungkasnya pada unggahan 30 Desember 2019.
Hingga pada 5 Januari 2020, Claire kembali membagikan cerita tentang penyakitnya.
Ia memberikan bukti nyata hasil scan paru-parunya yang telah rusak.
Gadis yang bersekolah di The Culinary Institute of America ini pun menunjukkan perbedaan paru-paru sehat dan paru-paru miliknya yang sudah rusak parah.
"Berkenaan dengan posting terakhir saya .... Ini adalah CT scan dada saya dibandingkan dengan seberapa normal, scan sehat seharusnya terlihat. Tabung bronkial saya sangat meradang dan tidak bisa dipercaya, dan semua kerutan putih (yang seharusnya hitam dan bersih pada pemindaian yang sehat) adalah jaringan yang rusak.
"Ketika ahli paru datang kepada saya dengan hasilnya, dia sangat terkejut. Dia benar-benar tidak memiliki reaksi selain "wow." Ini adalah spesialis paru-paru yang melihat pemindaian penyakit setiap hari untuk mencari nafkah kepada seorang gadis berusia sembilan belas tahun bahwa dia belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya.
Karena tidak ada penelitian tentang juul / carts / vape, mereka bisa melihat semua kerusakan ini tetapi tidak bisa mengobatinya. Para dokter tidak bisa mengatakan apakah ini darah, cairan, bakteri, virus, peradangan, dll. Pada dasarnya, pengobatan untuk beberapa orang akan membunuh saya jika itu adalah yang lain. Saya bisa mendengar ketegangan dan kekhawatiran di setiap dokter saya yang bersuara tidak tahu apakah mereka bisa membantu saya atau tidak, apakah saya akan hidup atau mati.
Bagian paling menakutkan adalah bahwa bahkan dengan tingkat kerusakannya, aku tidak pernah sekalipun merasakannya. Saya tidak pernah mengalami sesak nafas, batuk, mengi, nyeri dada, atau tanda-tanda kesulitan pernapasan. Ini benar-benar sebuah SILENT killer.
Hanya karena Anda tidak dapat merasakannya, itu tidak berarti hal itu tidak terjadi. Anda tidak mengerti penyesalan sampai dokter Anda menatap wajah Anda dan memberi tahu Anda bahwa mereka tidak tahu apakah mereka bisa menyelamatkan hidup Anda, mengetahui di kepala Anda bahwa Anda dengan sukarela membawanya sendiri meskipun ada banyak peringatan untuk dihentikan," ungkapnya.
Meski tak ada gejala atau merasakan sakit, namun paru-parunya kini telah rusak parah.
Claire pun kini tengah berjuang melawan penyakitnya. Ia kini mendapat banyak dukungan dari warganet. (*)
Source | : | gridfame.id |
Penulis | : | Luvy Yulia Octaviani |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar