GridPop.ID - Kelakuan profesor yang berprofesi sebagai dokter ini bikin geleng-geleng kepala.
Bagaimana tidak, dengan penuh percaya diri, Dirinya mengakses situs film dewasa menggunakan komputer di tempat kerjanya.
Hal ini tentunya membuat pihak rumah sakit terkejut setelah menelusuri riwayat pencarian Sang Profesor.
Profesor Peter Davies (70) tertangkap basah telah menggunakan komputer kerjanya di rumah sakit untuk menonton gambar dewasa pada Desember 2018.
Profesor Davies adalah dokter sekaligus ahli tuberkulosis yang selama ini kerap menonton gambar-gambar dewasa bergenre hardcore.
Setelah sang istri melarangnya menonton gambar genre itu di rumah mereka dengan memasang banyak filter di komputer pribadi Davies, pria itu malah menonton di komputer kerjanya di rumah sakit.
Petugas Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) memanggil pihak kepolisian setelah penemuan gambar seseorang berhubungan seks dengan kuda dan anjing pada komputer milik Davies.
Tak lama, seorang kepala bagian keuangan menemukan sebuah aktivitas penjelajahan daring yang 'tidak pantas' pada Desember 2018.
Penelusuran itu berkaitan dengan komputer Profesor Davies sehingga dia ditangguhkan sebelum akhirnya diberhentikan karena pelanggaran berat.
Davies pada awalnya mengatakan bahwa dia telah menikmati gambar-gambar itu karena penasaran, namun akhirnya dia mengaku kalau dirinya memiliki kecanduan.
Masalah yang dia timbulkan ini dilaporkan ke Dewan Medis Umum dan mengancam kariernya di bidang kedokteran.
Profesor Davies mengatakan kalau dirinya telah kecanduan pornografi sejak usia 18 tahun.
Ketika itu, pertama kalinya dia membeli majalah dewasa.
Meski begitu, Davies mengaku dia pernah mendapatkan konseling di klinik kecanduan seks.
Kepada Praktisi Medis di Tribunal Service dia mengatakan bahwa, "Bisa dibilang, sepanjang masa dewasa saya, sejak remaja, saya memiliki masalah dengan kecanduan porno. Saya dulu membeli majalah tetapi tidak sesering sampai internet muncul yang kemudian jadi lebih banyak akses."
Dia kemudian mengaku menjadi lebih sering mengakses film dewasa di rumah.
Pada 2010, dia pun melakukan pengakuan kepada istrinya.
Davies bahkan sebenarnya tahu kalau pihak NHS sebenarnya bisa saja mengetahui perbuatannya tapi entah bagaimana dia telah dipercaya sampai sejauh ini dan itu membuatnya berterima kasih.
Di sisi lain, dia juga memuji istrinya yang mau mengerti kondisinya.
Padahal, dia sudah berbohong kepada sang istri (dengan mengakses gambar dewasa) beberapa tahun.
Selama investigasi, dia mengakui melihat pornografi selama beberapa tahun.
Namun dia tidak melihatnya di rumah karena sang istri memasang filter di komputer pribadinya.
Dia bahkan mengatakan kalau dia sudah konseling dan berhenti dua tahun.
Profesor Davies yang juga seorang awam untuk Gereja Anglikan di Inggris di mana dia diizinkan berkhotbah dan melakukan beberapa agenda keagamaan, menjelaskan kecanduan yang dia alami.
Dia berkata, "Ini ada hubungannya dengan hormon di otak yang menjelaskan kepada saya beberapa tahun sehingga dengan bodohnya saya mencari gambar pornografi di komputer kerja saya."
Dia juga menyadari dirinya yang lulusan Oxford, seorang dokter namun perilakunya seperti itu.
"Selama lima tahun saya tidak menonton film dewasa dari internet, tapi ketika saya kembali menontonnya, saya tahu saya punya masalah yang sangat dalam dan saya tidak bisa mengendalikannya."
Sementara itu, Jennie Ferrario dari Dewan Medis Umum mengatakan bahwa Profesor Davies telah menunjukkan wawasan dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki perilakunya.
Namun perilaku dia tidak akan menjadi subyek perbaikan cepat seperti yang ditunjukkan oleh fakta dalam kasus ini.
Ferrario mengatakan bahwa Davies telah mengakses pornografi selama beberapa tahun di saat dia bekerja.
Meski begitu perbuatannya tidak berpengaruh pada pekerjaannya sebagai dokter.
"Tidak ada risiko langsung kepada pasien, dia tidak punya kontak pasien sejak pensiun," kata Fiona Robertson, pengacara Davies.
Akan tetapi, tindakannya memang berada di bawah standar yang diharapkan publik dari seorang staf medis.
Dan pada akhirnya, dia mengakui bahwa kesehatannya untuk melakukan praktik dokter akibat kecanduannya itu terganggu.
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar