GridPop.ID - Pada Selasa (2/2) kemarin, warga Malang dihebohkan dengan suara dentuman keras di langit.
Fenomena ini bahkan sempat viral di media sosial karena suara meraung-raung ini masih terdengar di langit Malang hingga Kamis (4/2).
Menanggapi hal ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun buka suara.
Baca Juga: Detik-detik Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ-182, Pilot Sempat Dipanggil ATC Bandara Soetta 11 Kali
Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG menjelaskan jika suara dentuman keras di langit malang adalah efek fenomena alam.
Pihaknya mengetahui hal ini setelah melacak data monitoring perit sejak Rabu (3/2) dan hasilnya di beberapa daerah di Jatim memang sedang terjadi hujan dan petir.
"BMKG sudah melacak data monitoring petir. Di beberapa daerah di Jatim sejak jam 00.00 WIB (Rabu) sudah terjadi hujan dan petir,"
"Dentuman tersebut merupakan fenomena alam yang bisa dijelaskan," katanya seperti yang dikutip dari Kompas.com, Kamis (4/2/2021).
Daryono pun yakin jika suara dentuman tersebut berasal dari petir.
"Memang ada beberapa daerah di Jatim yang dilanda hujan disertai petir pada Rabu dini hari. Hal itu menyebabkan dentuman di beberapa daerah," katanya menambahkan.
Daryono menyebutkan, pada Rabu dini hari terpantau banyak aktivitas petir di langit Malang dan sekitarnya.
Misalnya petir di Bangil (Kabupaten Pasuruan), Mojokerto, di Lawang sebelah utara (Kabupaten Malang), dan di Kota Malang.
Dia meminta agar masyarakat tidak perlu panik atau bahkan mengaitkan dentuman tersebut dengan hal supranatural.
Sementara itu dalam akun Twitternya Daryono menyebut fenomena ini sebagai thunderstorm.
"Akhirnya dengan tegas sampaikan bahwa dentuman di malang adalah thunderstorm" tulis Daryono di akun @DaryonoBMKG.
Melansir dari Surya Malang, ada tiga syarat terbentuknya badai petir atau thunderstorm.
Yakni uap air, ketakstabilan atau instabilitas udara dan mekanisme pengangkatan massa udara (lifting).
Udara dikatakan tak stabil jika ia terus naik ketika ada dorongan ke atas.
Suatu massa udara tidak stabil dicirikan oleh udara panas yang lembab di dekat permukaan dan udara dingin yang kering di atasnya.
Ketika parsel udara yang naik mengalami pendinginan, sebagian uap airnya akan terkondensasi membentuk awan cumulonimbus (Cb) yang umumnya disebut badai guntur (Thunderstorm).
Perkembangan badai guntur memerlukan faktor pemicu atau mekanisme awal yang menimbulkan gerakan massa udara ke atas.
Suhu di lapisan paling bawah atmosfer meningkat sangat cepat pada sore atau malam hari karena pemanasan daratan dan udara panas akan cenderung untuk bergerak naik.
Pengangkatan (lifting) juga dapat disebabkan oleh adanya front, terutama front dingin dan dry‐ lines.
Bentuk rupa bumi (terrain) juga dapat menyebabkan pengangkatan udara, seperti ketika aliran udara melalui daerah pegunungan maka angin akan dipaksa naik melewati lereng pegunungan.
Semua badai guntur tersusun berawal dari sel badai guntur yang memiliki ciri khusus yaitu siklus hidupnya hanya sekitar 30 menit.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Surya Malang |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Veronica S |
Komentar