GridPop.ID - Kisah mengharukan dialami oleh bocah berusia 8 tahun ini.
Di usianya yang masih muda, dirinya terpaksa kehilangan salah satu kakinya setelah diamputasi.
Bahkan, bocah 8 tahun itu juga harus merelakan cita-citanya sebagai tentara pupus setelah kehilangan kakinya.
Dilansir dari laman kompas.com, peristiwa ini terjadi pada tahun 2020 silam yang menimpa Joseph Arnando (8).
Ibunya Okti Christiana (45) hanya bisa berdoa agar putranya tetap bisa bersemangat meski cita-citanya terpaksa pupus.
Okti menjelaskan, Nando divonis dokter telah menderita kanker tulang pada tahun 2019.
Saat itu, Nando masih duduk di Taman Kanak-kanak. Setelah selesai bermain, Nando mengeluh sakit di paha kaki kirinya.
Okti mengira anaknya kecapekan, lalu dipijat secara tradisional.
Namun, selang beberapa lama bengkak di kakinya semakin membesar sehingga Okti memutuskan memeriksakan Nando ke rumah sakit.
"Awalnya saya pikir itu bengkak biasa. Tapi jalannya kok pincang. Ternyata baru bilang kalau habis jatuh saat bermain, makanya saya bawa ke tukang pijit tradisional. Tapi setelah dua bulan kemudian bengkaknya makin membesar maka saya periksakan ke RS Bhayangkara Semarang," ujar Okti saat dihubungi, Minggu (16/8/2020).
Saat diperiksa, dokter mengatakan bahwa kaki Nando hanya memar biasa lalu diberikan obat peredam memar.
Syok harus amputasi
Sejak saat itu, Okti berjuang agar anaknya sembuh. Namun, kenyataannya, setelah menjalani pengobatan kemoterapi, dokter mengetahui kanker tersebut telah menyerang paru-paru.
Lalu dokter menyarankan agar kaki kiri Nando diamputasi supaya kanker tersebut tidak menyebar.
"Mendengar hal itu, saya dan Nando kaget lalu menangis bersama," ucapnya.
Okti pun tak menyangka harus menerima kenyataan pahit tersebut.
"Orangtua mana yang mau melihat anaknya kehilangan kakinya," ungkapnya.
Setahun kemudian, akhirnya Nando merelakan untuk kakinya diamputasi.
"Kaki kiri Nando diamputasi bulan 14 Juli 2020 pukul 10.00 WIB," ujarnya. Usai diamputasi, Nando pun enggan bersekolah karena mengaku malu.
Setelah kehilangan kakinya, Christiana pun terus membrikan semangat untuk sang putra.
"Nando memang sempat cita-cita jadi tentara. Untuk kondisi saat ini memang tidak mungkin cita-cita itu akan terwujud," ungkapnya.
Okti menceritakan, setiap hari dirinya tak lelah memberi semangat kepada Nando.
Suatu saat nanti, kata Okti, Nando akan mendapat kaki palsu dan bisa beraktivitas kembali.
Okti pun mengakui tetap menguatkan diri dengan kondisi yang dialami keluarganya tersebut.
"Apapun akan saya lakukan untuk anak saya. Dan semua saya serahkan kepada Tuhan untuk menjaga anak-anak saya," ucap Okti dengan nada haru.
Perjuangan Okti semakin berat setelah menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga.
Sang suami, Stefanus Andre Rutyanto, meninggal dunia sejak 8 tahun lalu.
Okti pun harus banting tulang mencukupi kedua anaknya yang lain dengan bekerja sebagai pengelola kantin sekolah di Sedes Sapientiea Semarang.
Kondisi Okti semakin sulit saat pandemi corona membuat sekolah tempatnya bekerja ditutup.
Okti mengaku terpaksa meminjam uang dari saudara untuk memenuhi kebutuhan.
Sebagai tambahan, selain kanker tulang, amputasi juga bisa dilakukan pada pasien yang terserang diabetes.
Dilansir dari laman GridHealth.id, Dokter Pradeep Gadge dari Gadge Diabetes Center, di Mumbai, India mengatakan tentang meningkatnya kasus amputasi pada penyandang diabetes dan mengapa itu masalah yang menjadi perhatian.
"Amputasi adalah pengangkatan tungkai oleh trauma, penyakit medis, atau operasi. Sebagai ukuran bedah, digunakan untuk mengendalikan rasa sakit atau proses penyakit pada tungkai yang terkena, seperti keganasan atau gangren.
Diabetes adalah penyebab hampir 80% dari amputasi traumatis, dengan aterosklerosis atau penyakit oklusif arteri kronis sebagai patologi yang mendasarinya. Sebagian besar amputasi adalah amputasi ekstremitas bawah, seperti amputasi kaki. " ungkapnya.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Gridhealth |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar