GridPop.ID - Badan pengendalian pandemi di Jerman, Robert Koch Institute (RKI), menemukakan bahwa vaksinasi massal virus corona di negara itu telah berhasil mencegah ribuan kematian.
Laporan studi terbaru tersebut diterbitkan pada Jumat (06/08), bahwa vaksinasi telah mencegah 38.000 kematian selama terjadinya "gelombang ketiga" virus corona di Jerman.
Hal ini karena, di Jerman sudah lebih dari setengah tahun melakukan vaksinasi untuk masyarakatnya di tahun ini.
Dilansir dari Tribunnews.com, lebih dari 706.000 kasus infeksi baru di Jerman berhasil dicegah karena masyarakat telah disuntik vaksin.
Vaksinasi disebut mencegah lebih dari 76.000 orang dirawat inap, dan membuat hampir 20.000 orang tidak dirawat di unit perawatan intensif.
RKI menemukan bahwa vaksinasi memiliki tingkat efektivitas yang tinggi terhadap virus.
Laporan juga menunjukkan bahwa vaksinasi akan "membantu kita keluar dari pandemi."
Otoritas Jerman saat ini sedang mencari cara terbaik untuk meningkatkan vaksinasi di negara itu, di tengah munculnya varian delta yang lebih menular.
Menteri Kesehatan Jens Spahn mengatakan pada Sabtu (07/08) bahwa lebih dari 45 juta orang di Jerman telah divaksinasi penuh, atau 54,5% dari populasi.
Sementara itu, sebanyak 51,8 juta orang di Jerman, atau 62,3%, telah menerima setidaknya satu dosis vaksin virus corona.
Spahn baru-baru ini merekomendasikan vaksinasi untuk anak berusia 12 hingga 17 tahun, tetapi gagasan tersebut belum didukung oleh regulator vaksin nasional STIKO.
"Mendapatkan vaksin adalah keputusan pribadi, tetapi juga keputusan yang mempengaruhi kita semua sebagai sebuah komunitas. Setiap individu akan menentukan seberapa baik kita semua akan melewati musim gugur dan musim dingin," kata Spahn lewat Twitter-nya.
Negara-negara Eropa lainnya antara lain Prancis dan Italia, telah menerapkan kebijakan yang mewajibkan warganya untuk membuktikan bahwa mereka telah divaksinasi atau pulih dari COVID-19 untuk memasuki ruang publik, seperti restoran.
Warga pun memprotes keras keputusan tersebut. Warga percaya bahwa kebijakan tersebut melanggar kebebasan mereka.
Di Jerman, pengikut gerakan Querdenker (pemikir lateral) turun ke jalan menentang aturan pembatasan dan vaksin virus corona.
Beberapa politisi Jerman juga telah menentang bahwa vaksinasi virus corona adalah kewajiban.
Andrew Ullman, anggota Partai Demokrat Bebas (FDP) yang pro pasar bebas di parlemen Jerman (Bundestag), mengatakan kepada outlet Deutschlandfunk pada Sabtu (07/08) bahwa meskipun dia mendukung vaksinasi, tetapi dia yakin bahwa wajib vaksin bukanlah kebijakan yang efektif.
Disisi lain, di wilayah Uni Eropa kini sudah mulai memberlakukan “Sertifikat Digital Covid” per tanggal 1 Juli 2021.
Tujuannya untuk memfasilitasi perjalanan ke Eropa bagi para wisatawan yang sudah menjalani vaksinasi.
Seiring turunnya jumlah infeksi virus corona di sebagian besar Eropa, banyak negara mencabut penguncian dan melonggarkan persyaratan perjalanan dan masuk.
Para pelancong diminta mengunduh aplikasi smartphone “Reopen EU” untuk mendapatkan informasi terkini saat bepergian.
Di antaranya informasi terperinci mengenai aturan karantina, persyaratan pengujian, dan lainnya di 27 negara anggota UE bersama dengan negara-negara Schengen non-UE Swiss, Liechtenstein, Norwegia, dan Islandia.
Dilansir dari Kompas.com, sebelum menaiki penerbangan ke Jerman, semua pelancong harus menunjukkan hasil tes negatif, bukti vaksinasi, atau dokumentasi yang membuktikan telah pulih dari COVID-19.
Mereka yang datang dari “area berisiko”, “daerah dengan insiden tinggi”, dan “wilayah yang ditandai dengan varian virus” harus memenuhi kriteria tambahan.
Jerman mengklasifikasikan wilayah seperti Irlandia, Swedia, Spanyol dan beberapa wilayah non-UE sebagai “area berisiko”.
Kedatangan dari “area berisiko” harus dikarantina selama 10 hari, tetapi dapat berhenti mengasingkan diri jika hasil tes negatif.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Veronica S |
Komentar