GridPop.ID - Semakin tua usia, banyak pantangan yang harus dilakukan.
Salah satunya adalah makanan.
Kita harus pintar-pintar memilih makanan agar kesehatan bisa terus terjaga memasuki kepala 4.
Dilansir dari laman gridhealth.id, makan kacang-kacangan sejak usia paruh baya dan seterusnya dapat membantu mencegah demensia seiring bertambahnya usia, sebuah penelitian skala besar menemukan hal ini.
Para peneliti di National University of Singapore mengikuti hampir 17.000 orang dari 1993 hingga 2016, menilai makanan mereka terlebih dahulu dan, kemudian, fungsi kognitif mereka.
Orang yang mulai makan kacang di usia 40-an dua kali seminggu atau lebih, seperlima lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki masalah dengan ingatan ketika mereka berusia di atas 60 tahun, dibandingkan dengan mereka yang makan kacang kurang dari sekitar sekali dalam sebulan.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Age and Aging itu juga menunjukkan bahwa mereka yang makan kacang sekali seminggu mengalami manfaat yang hampir sama, karena mereka 19% lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gangguan fungsi kognitif di usia 60-an, 70-an, dan 80-an.
Namun ada juga makanan yang harus dihindari oleh orang di usia 40 tahun.
Dilansir dari laman kompas.com, berikut sejumlah makanan dan minuman yang harus dibatasi di usia 40 tahun:
1. Margarin
Makanan ini sebetulnya tidak baik untuk usia berapa pun.
Namun, ketika berusia 40 tahun, efek merugikan margarin terhadap kesehatan akan lebih terasa.
Menurut ahli diet sekaligus penulis What Doctors Eat dan The 21-Day Belly Fix, Dr Tasneem Bhatia, MD (Dr Taz), margarin mengandung lemak dan tidak semua lemak diciptakan sama.
Lemak pada margarin cenderung memiliki reputasi buruk alih-alih sehat.
Margarin mengandung lemak trans yang akan merusak hidrasi tubuh.
"Semakin sedikit kulit kita terhidrasi, kerutan akan semakin cepat muncul," ujarnya.
2. Kue tinggi gula
Ahli diet dari Medifast, Alexandra Miller, RDN, LDN menjelaskan, kue-kue yang dipanggang dan tinggi gula sering kali tinggi kandungan gula dan lemak tambahan yang dapat memicu penambahan berat badan dan kesehatan gigi yang buruk.
Sementara itu, dokter kulit sekaligus penulis The Beauty of Dirty Skin, Whitney Bowe, MD, menjelaskan, gula dalam bentuk apa pun dapat menyebabkan banyak perubahan, dari membran sel dan arteri hingga hormon, sistem kekebalan, kesehatan usus, dan mikrobioma di usus dan kulit.
Selain meningkatkan insulin dan peradangan, terlalu banyak gula dapat menyebabkan kulit menua lebih cepat melalui proses glikasi.
Glikasi adalah istilah biokimia untuk ikatan molekul gula dengan protein, lemak, dan asam amino, yang merupakan ciri utama penuaan.
"Para peneliti menemukan hubungan produk akhir glikasi lanjutan (AGEs) dengan arteri yang mengeras, saraf mengeras, kerutan, dan berbagai potensi penyakit lainnya," kata dia, seperti dilansir The Healthy.
Jadi, jika menyukai camilan manis, lebih baik mengonsumsi buah-buahan daripada kue tinggi gula.
3. Makanan beku
Makanan beku (frozen food) memang praktis. Namun, terlalu banyak mengonsumsi makanan olahan yang dibekukan tidak baik bagi kesehatan, bahkan untuk orang dengan usia berapa pun.
Ketika usia mencapai 40 tahun, kita tentu tak ingin perut cepat buncit gara-gara mengonsumsi banyak makanan ini, kan?
"Makanan beku tinggi akan natrium. Natrium berkontribusi terhadap retensi air dan penampilan yang tampak lebih tua secara keseluruhan, termasuk perut buncit," ujar Kayleen St John, RD dari sekolah memasak sehat, Natural Gourmet Institute.
4. Daging olahan
Daging olahan tinggi natrium, lemak jenuh, dan nitrat (pengawet), seperti sosis, dapat berdampak negatif terhadap kesehatan.
Ahli gizi teregitrasi sekaligus penulis 2-Day Diabetes Diet, Erin Palinski-Wade, RD, CDE menjelaskan, terlalu banyak mengonsumsi daging olahan berkaitan dengan risiko penyakit jantung, diabetes, dan kanker perut yang lebih tinggi.
Sebab, pengawet yang digunakan di dalam daging olahan dapat memicu radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas menyebabkan oksidasi sel dan DNA, serta dapat menyebabkan kerusakan dalam tubuh yang memicu kanker dan penyakit lainnya.
Padahal, seiring bertambahnya usia, risiko pada penyakit-penyakit tersebut sebetulnya sudah lebih tinggi daripada ketika kita muda.
Jika memang akan mengonsumsi daging olahan, Palinski-Wade menyarankan untuk memilih daging yang dibuat tanpa nitrat serta pilih alternatif yang lebih rendah lemak dan natrium, jika itu memungkinkan.
5. Ayam goreng cepat saji
Makanan ini juga kurang baik jika dikonsumsi secara berlebihan pada usia berapa pun.
Palinski-Wade menjelaskan, memasak daging pada suhu yang sangat tinggi dapat meningkatkan kadar HCA dalam protein yang bersifat karsinogenik.
Beberapa penelitian mengaitkan konsumsi daging goreng cepat saji berlebih dengan kanker kolorektal, pankreas, dan prostat.
Meskipun penelitian masih terus dilakukan, hal terbaik adalah melakukan tindakan pencegahan dengan membatasi konsumsi makanan ini seiring bertambahnya usia.
"Batasi porsinya, misalnya satu porsi per minggu," ucap Palinski-Wade.
6. Karbohidrat olahan
Karbohidrat olahan, seperti roti putih, pasta, dan lainnya memiliki tingkat Indeks Glikemik (GI) tinggi. Artinya, sumber karbohidrat ini akan dengan cepat meningkatkan gula darah dan menjadi faktor penyebab penyakit jantung, penambahan berat badan, dan diabetes.
Selain itu, pola makan tinggi karbohidrat olahan juga kurang baik untuk kulit.
Bowe menjelaskan, sumber karbohidrat olahan dapat meningkatkan hormon yang merangsang produksi minyak.
Hormon-hormon tersebut bahkan dapat mengubah komposisi minyak pada kulit kita dan membuatnya lebih rentan terhadap pembentukan jerawat.
Makanan dengan GI tinggi juga dapat menyebabkan pelepasan hormon growth factor 1 (IGF-1).
"Jika hormon itu terlalu banyak, itu akan merugikan kita karena dapat meningkatkan peradangan dan menyebabkan sejumlah penyakit, seperti kanker dan masalah kulit seperti jerawat," ungkapnya.
7. Soda
Minuman ini juga tak baik untuk usia berapa pun, termasuk ketika kita mengunjak usia 40 tahun.
Selain karena sering kali dicampur dengan pewarna yang berpotensi memicu kanker, soda juga tinggi gula tambahan.
Gula dapat berdampak negatif terhadap ovulasi dan berkaitan dengan motilitas sperma yang buruk.
Tidak mengonsumsi soda juga menjadi salah satu cara untuk membantu meningkatkan metabolisme tubuh.
8. Minuman berenergi
Sama seperti soda, minuman berenergi juga tinggi gula tambahan sehingga tidak baik bagi kesehatan.
Terlalu banyak konsumsi gula dapat merusak email gigi dan membuat gigi lebih mudah ternoda.
Selain itu, kandungan kafein dan natrium yang tinggi dalam minuman berenergi juga dapat menyebabkan dehidrasi, terutama jika kita lebih banyak meminumnya daripada minum air putih.
Dehidrasi adalah salah satu faktor utama yang membuat kulit tampak lebih tua.
Untuk mencegah dehdrasi, ahli gizi sekaligus penulis Schedule Me Skinny: Plan to Lose Weight and Keep it Off in Only 30 Minutes a Week, Sarah-Jane Bedwell, RD, LDN menganjurkan minum delapan hingga 10 gelas air putih sehari atau lebih, terutama jika berolahraga.
9. Gula
Proses penuaan memang tidak dapat dicegah. Namun, kita bisa berupaya mempertahankan kulit tetap awet muda, salah satunya dengan mengurangi gula.
Terlalu banyak mengonsumsi gula terbukti dapat mempercepat munculnya kerutan dan kulit yang kendur.
"Gula menyebabkan peradangan, yang menjadi penghambat utama untuk kulit yang lebih bersih dan sehat," ujar Taz.
Tak hanya itu, gula juga dapat merusak kolagen dan elastin, yang membuat kulit tampak lebih lembut dan kenyal.
10. Es kopi
Minuman yang bikin melek dan menyegarkan ini ternyata juga berkontribusi terhadap penampilan yang tampak lebih tua.
Terlalu banyak konsumsi kafein dapat mengganggu kualitas tidur.
Hal itu sangatlah buruk karena ketika tidur, sel-sel tubuh akan memperbaiki diri dari kerusakan kulit akibat sinar ultraviolet dan stressor lainnya.
Jika aktivitas ini terganggu, kulit kita akan menua lebih cepat sebelum waktunya.
Selain itu, minuman dengan es cenderung dikonsumsi menggunakan sedotan.
Para peneliti menemukan, gerakan wajah berulang, seperti minum lewat sedotan, dapat lebih mudah memicu munculnya garis-garis halus dan kerutan.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Gridhealth |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar