GridPop.ID - Pria asal Indonesia, Reynhard Sinaga, jadi perbincangan dunia setelah kasusnya terungkap ke publik.
Reynhard Sinaga menjadi terdakwa kasus pemerkosaan terhadap puluhan laki-laki di Inggris.
Peristiwa yang dicatat menjadi kasus pemerkosaan terbesar dalam sejarah hukum di Inggris ini menarik perhatian seksolog dokter Boyke untuk menganalisis orientasi seksualnya.
Seperti yang dilansir dari laman telegraph.co.uk via Grid.ID, Reynhard Sinaga telah melakukan aksi tersebut selama 2,5 tahun dari 1 Januari 2015 hingga 2 Juni 2017.
Reynhard Sinaga yang datang ke Inggris menggunakan visa pelajar pada 2007 saat berumur 24 tahun menempuh pendidikan di Universitas Manchester untuk meraih gelar MA di bidang Sosiologi.
Pada Agustus 2012, dia sempat berkuliah di Universitas Leeds untuk meraih gelar PhD ilmu Geografi Manusia, namun tak selesai.
Setelah 4 kali proses sidang, Pengadilan Manchester pun menyatakan Reynhard Sinaga bersalah, dan dijatuhi hukuman seumur hidup.
Meski begitu, Reynhard tampak santai dan tak terlihat menyesali perbuatannya.
Bahkan, pihak kepolisian sempat tertipu lantaran ia berulah seolah-olah korban pemerkosaan.
Namun, dari rekaman video yang tersimpan di ponselnya, kelakuan bejat Reynhard akhirnya terungkap pada tahun 2017 lalu.
Meski begitu, Reynhard tampak santai dan tak terlihat menyesali perbuatannya.
Bahkan, pihak kepolisian sempat tertipu lantaran ia berulah seolah-olah korban pemerkosaan.
Namun, dari rekaman video yang tersimpan di ponselnya, kelakuan bejat Reynhard akhirnya terungkap pada tahun 2017 lalu.
Menganalisis kasus Reynhard, dokter Boyke turut memberikan pendapatnya yang terlihat pada tayangan YouTube ESGE ENTERTAINMENT yang diunggah pada Jumat (10/1/2020).
Pakar seksolog dokter Boyke menduga Reynhard biseksual, meskipun ia jelas-jelas mengakui dirinya gay alias penyuka sesama jenis (homoseksual).
"Dia sudah mengakui kalau dia adalah gay, kalau saya menduga dia itu biseksual," ujar dokter Boyke.
Dugaan tersebut diungkapnya berdasarkan informasi tentang Reynhard yang juga pernah dekat dengan wanita.
"Katanya sih dia pernah deket juga sama cewek, tapi dia bisa juga gay murni," lanjutnya.
Menurut dokter Boyke, antara gay dan biseksual memang sulit dibedakan.
"Antara biseksual dan juga gay itu juga kadang-kadang sulit kita membedakannya kecuali kita tau orang itu secara skala kinsey dari 0 sampai 6, kalau dia benar-benar gay murni dia ada di skala 6," ujar dokter Boyke.
Ahli seksualitas itu juga menerangkan perihal skala kinsey untuk mengetahui kecenderungan seseorang.
"Kalau dia biseksual dia ada di angka 3, kalau heteroseksual ada di angka 0," lanjutnya.
Dokter Boyke pun mengungkap motif kejahatan yang dilakukan Reynhard Sinaga murni untuk kepuasan seksual.
"Jadi motif dia ya jelas untuk kepuasan seksual," pungkas dokter Boyke.
"Orientasi seks susah untuk diubah," terangnya.
Berkaca dari kasus Reynhard Sinaga, seorang pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel melihat modus pelaku diawali dari membangun hubungan pertemanan dengan korban.
Merasa diterima, pelaku kemudian menjalankan aksi pemerkosaan. Aksi pemerkosaan menurutnya dilakukan karena pelaku mampu menguasai korbannya.
Reza melihat situasi tersebut sebagai manifestasi inferiority complex yang kemudian disalurkan pelaku lewat tindakan kejahatan untuk memperoleh sensasi superioritas.
Mengutip situs depressionalliance.org via Kompas.com, inferiority complex dari segi definisi mirip dengan kepercayaan diri rendah (low self-esteem).
Namun, dalam konteks konsep teori, inferiority complex seringkali diasosiasikan dengan perspektif psikologi Freud dan peran yang dimainkan oleh pikiran bawah sadar dan tidak sadar.
Sementara dalam konteks karakteristik, baik sadar atau tidak, seseorang dengan kepribadian ini mungkin merasakan patah hati, amarah, dan perasaan kurang dibanding orang lain dan ini tidak terbatas pada hal material saja.
"Perkiraan saya tentang inferiority complex uang dikompensasi untuk mendapat superioritas, itu didukung pula rekaman-rekaman (video) yang dilakukan oleh pelaku," kata Reza kepada Kompas Lifestyle saat dihubungi, Selasa (7/1/2020).
Meskipun dengan alasan meraih kepuasan seksual, kasus Reynhard jelas sudah tergolong tindak kejahatan sehingga harus dijatuhi hukuman.
Menurutnya, tidak perlu menyoroti orientasi seksual Reynhard karena siapapun bisa menjadi pelaku maupun korban kejahatan seksual.
Begitu pula jika beberapa pihak menilai perlu ada rehabilitasi, menurut Reza hal itu tidak perlu dilakukan.
"Untuk apa bicara terapi? Hukum saja seberat-beratnya. Andai Inggris mempraktikkan hukuman mati juga lakukan saja," tuturnya.
Sementara itu, melalui sebuah utas di akun Twitternya, spesialis kedokteran jiwa dari Omni Hospital Alam Sutera, dr. Andri, Sp.KJ, FACLP menilai, kasus ini sebaiknya dipandang dari kasus kejahatan yang dilakukan oleh pelaku, alih-alih menyoroti orientasi seksualnya.
Terlebih, faktanya sudah hampir 200 orang menjadi korban pemerkosaan pelaku.
"Dia melakukan itu karena dia orang yang jahat. Kebetulan saja orientasi dia homoseksual. Sama saja, (seperti) ada heteroseksual memperkosa anaknya sendiri, sama-sama jahat," tulis Andri. (*)