Find Us On Social Media :

Nyesel Baru Tahu Sekarang, Ternyata Menanak Nasi di Rice Cooker dengan Cara Begini Justru Mengancam Nyawa Seisi Rumah!

By Hotia, Kamis, 5 Agustus 2021 | 16:56 WIB

Memasak nasi

 

GridPop.ID - Semua pasti tahu, nasi putih merupakan makanan sehari-hari bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Bahkan tak jarang makan terasa kurang lengkap kalau tidak ada nasi putih.

Masak nasi dengan rice cooker jauh lebih mudah.

Cukup mencampur air dengan beras, nasi putih akan matang dengan seketika.

Meski terlihat mudah, ada  saja yang sering melakukan kesalahan dalam memasak nasi.

Kesalahan masak nasi ini justru bisa mengancam nyawa seisi rumah.

Melansir bodyandsoul, penelitian yang dilakukan baru-baru ini menemukan fakta bahwa nasi yang tidak dimasak dengan benar mengandung logam arsenik berbahaya.

Logam ini disebut bisa mengganggu sistem reproduksi dan dapat menyebabkan kanker!

Dalam pertemuan Merck Foundation di Mesir, para ahli membahas bagaimana beras bisa membawa logam arsenik.

Nah, logam inilah yang bisa masuk ke dalam tubuh jika nasi tidak diolah dengan benar. 

Baca Juga: Jadi Pusat Perhatian Usai Sabet Medai Emas, Sosok Ini Bongkar Sifat Asli Greysia Polii yang Tak Diketahui Publik, Ternyata Tak Hanya Jago Badminton Tapi Juga Piawai Geluti Bidang Ini

Pada akhirnya, kanker pun bisa mejangkiti tubuh kita.

Yang secara alami, arsenin umumnya ditemukan di tanah dan air tanah, dan sering digunakan untuk mengairi biji-bijian di musim kemarau.

Africa Fertility Society President, Profesor Oladopo Ashiru menjelaskan, sejumlah besar logam di tanah mudah diserap oleh manusia ketika mereka mengonsumsi biji-bijian.

"Logam arsenik menurunkan kadar progesteron tetapi meningkatkan estrogen, merusak ovulasi dan menurunkan fungsi tiroid, yang semuanya merupakan penyebab fibroid dan infertilitas," katanya.

Dalam hal ini, fibroid yang dimaksud adalah tumor non-kanker.

Di mana ini dapat muncul di jaringan di sekitar rahim dan lapisan otot rahim, sehingga dapat mengganggu produksi kesuburan.

Ukuran tumor ini pun dapat bervariasi, dari seukuran kacang hingga sebesar melon.

Menurut Women's Health Queensland, sekitar 40 persen wanita Australia yang berusia di atas 40 tahun memiliki satu atau lebih fibroid.

Kemudian meningkat menjadi 70 persen pada usia 50 tahun.

Angka-angka ini dapat cenderung meningkat bila mengonsumsi nasi yang tidak dimasak dengan tepat dan benar.

Maka dari itu perhatikan cara memasak nasi agar bisa matang dengan sempurna.

Untuk mengurangi jejak logam arsenik, beras harus direndam semalaman sebelum dimasak.

Baca Juga: Video Arsy Ngamuk Larang Aurel Dekat dengan Anak Krisdayanti Jadi Buah Bibir, Alasannya Bikin Geleng-geleng Kepala

Pastikan perbandingan air dan beras 5:1.

Para peneliti mengatakan, meski terlihat lama dan memakan waktu, namun cara ini akan mengurangi tingkat bahan berbahaya hingga lebih dari 80 persen.

Sementara itu, Profesor Andy Meharg dari Queen's University Belfast mengungkapkan, rasio normal dari satu cangkir beras dan dua cangkir air dinilai berbahaya.

Hal ini dikarenakan air hanya akan meresap.

"Saya tahu metode perendamannya membosankan tetapi itu untuk kesehatan kita, karena rasio satu banding dua sangat berbahaya," jelasnya.

Profesor Oladopo Ashiru menambahkan, merebus dan menuangkan air kemudian merebusnya kembali dapat mengurangi kandungan arsenik secara signifikan.

Tidak hanya itu, Profesor Andy Meharg juga mengatakan nasi yang tidak dimasak dengan benar sama bahayanya dengan merokok.

Bahkan dapat meningkatkan peluang terkena penyakit kanker.

"Tergantung pada dosis, semakin banyak kita makan, akan semakin tinggi risiko," paparnya.

Nasi adalah beras (atau kadang-kadang serealia lain) yang telah direbus dan ditanak.

Proses perebusan beras dikenal juga sebagai 'tim'.

Penanakan diperlukan untuk membangkitkan aroma nasi dan membuatnya lebih lunak tetapi tetap terjaga konsistensinya.

Pembuatan nasi dengan air berlebih dalam proses perebusannya akan menghasilkan bubur.

Baca Juga: Angka Kasus Penurunan Covid-19 di Indonesia Belum Mencapai Rekomendasi WHO, Kemenkes Ungkap Terjadi Kenaikan Lagi di Beberapa Provinsi