GridPop.ID - Maut memang tak pernah ada yang tau kapan dan dimana akan datang menghampiri kita.
Jika kita lengah dan tak hati-hati, bisa saja nyawa kita tak tertolong.
Jika memang tertolong, berarti itu memang keajaiban dari Tuhan.
Perumpamaan ini yang mungkin bisa menggambarkan keadaan Yuni (40) asal Jakarta.
Yuni, sapaannya merupakan ibu dua anak yang pernah mengalami kejadian tragis di Flyover Kemayoran, Jakarta Pusat.
Di tahun 2014 lalu, ia mengalami kecelakaan akibat sepeda motornya tersenggol sebuah mobil saat menuju Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara bersama temannya.
Nahas, sesaat setelah tersenggol ia oleng.
Motornya menabrak pembatas flyover dan Yuni terpental dari ketinggian sekira 7-10 meter.
"Saya terpental dan jatuh ke bawah dengan posisi duduk. Sementara teman saya bergelantung menunggu pertolongan pegangan yang ada di pembatas flyover," ceritanya kepada TribunJakarta.com, Kamis (12/3/2020).
Dalam keadaan sadar, ia mengingat seorang perempuan yang bertugas sebagai pasukan oren sempat syok dan menjadi penolong pertamanya.
Selanjutnya, kerumunan warga lainnya mulai datang dan memberikan pertolongan.
"Saya sadar dan enggak pingsan. Saya di bawa pertama kali ke RSPI Sulianti Saroso. Kemudian untuk penanganan lanjutan ke RSCM. Sementara teman saya hanya melakukan pengobatan tradisional akibat patah tulang," lanjutnya.
Yuni pun menjalani operasi selama 18 jam lamanya.
Sekira 10 bagian tubuhnya patah termasuk tulang ekornya akibat jatuh dengan posisi duduk.
"Habis operasi saya koma selama tiga hari. Jadi itu enggak langsung sadar. Padahal sebelumnya saya sadar," ungkapnya.
Selama koma, Yuni menceritakan sempat bermimpi datang ke tempat yang sangat indah.
Ia juga bertemu sanak keluarganya, yang sudah meninggal dunia di tempat tersebut dengan wajah yang berseri, seperti adiknya, Guntari dan neneknya, Siah.
"Yang jelas berada di sebuah ruangan dengan gerbang yang tinggi. Di situ buah-buahan pohonnya pendek. Jadi gampang ambilnya dan saya cuma nengok (mengintip) saja," katanya.
"Kak sini kak masuk," ujar Guntari yang ditirukannya.
"Bagus ya tempatnya," ucap Yuni sambil mengintip isi dibalik gerbang.
"Sudah sini masuk kak," lanjut Guntari.
"Yun sini yun masuk, sini neng," tambah Siah.
"Iya wa," jawab Yuni.
"Ini tempatnya enak enggak ada di dunia. Tempatnya enak, lu mau apa aja juga ada. Buah-buahan pendek-pendek, enggak perlu pake tangga," ucap Siah.
"Baru 2 langkah saya jalan. Saya dengan suara yasin ibu saya baca surah Yasin. Padahal posisi saya lagi ikutin nenek sama adik saya. Kita kan ngobrol diperbatasan gerbang," katanya.
"Wa itu emak ngaji dimana, Yuyun (sapaan lain) enggak bisa ikut ya. Suara emak nyaring banget ini baca surah Yasinnya. Saya mau nyari emak aja mau ngaji, mau maulid sama dia," jelas Yuni.
"Lah lu enggak ikut?" sahut Siah cepat.
"Enggak wa," balas Yuni.
"Saya salaman sama nenek. Saya peluk Guntari. Pokoknya di situ banyak orang yang mukanya bersih-bersih termasuk H Naeran dan saudara saya yang lain. Pas sadar, benar emak saya lagi ngaji baca Yasin," katanya.
Mimpi yang datang prakecelakaan
Bagi sebagian orang, mimpi diartikan sebagai bunga tidur. Sehingga tak jarang sesuatu yang terlihat dan dialami ketika tidur tak pernah dianggap serius.
Penafsiran itu juga yang diutarakan oleh Yuni, sapaannya ketika ditemui di kediamannya yang terletak di wilayah Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
Kendati demikian, rupanya Yuni mengaku sempat mengalami mimpi perihal terjatuh dari atas jalan layang.
Sekira seminggu sebelum kecelakaan, ia mimpi terjatuh dari salah satu jalan layang di Jakarta Timur.
"Pas jatuh dari atas jembatan langsung ditolongin orang. Ya namanya mimpi jadi anggap bunga tidur aja. Saya langsung istigfar. Tapi ternyata sama dengan kejadian yang saya alami pas kecelakaan," ungkapnya.
Kondisi terkini
Pascaoperasi, Yuni sebenarnya sempat divonis mengalami kelumpuhan maupun kebutaan.
Hal ini akibat tulang ekornya yang patah akibat kecelakaan.
"Itu buat saya down sampai jarang makan selama 6 bulan. Jadi makan kayak sesuap aja. Berat saya sampai turun 15 kg," katanya.
Tak ingih menyerah, akhirnya Yuni bangkit dan tetap semangat. Ia menjalani terapi di Rumah Sakit hampir setiap hari.
"Alhamdulillah hasilnya baik. Pas 10 bulan terapi saya bisa duduk dan dilanjut dengan belajar jalan. Dokternya pun sampai heran, karena biasanya pasiennya dia yang kena tulang ekor berakhir dengan kelumpuhan," ungkapnya.
Kini, kondisinya berangsur membaik meskipun Yuni merasa trauma ketika melihat flyover dan tak berani lagi mengendari sepeda motor.
"Alhamdulillah sekarang sudah bisa jalan. Cuma sekarang masih harus pakai popok aja. Jadi pas jatuh duduk saluran kemih saya kena dan itu membuat saya tak berasa ketika buang air kecil. Tapi selebihnya sudah baik-baik saja. Beberapa pen juga sudah diizinkan untuk dilepas," tandasnya. (*)
Source | : | Sosok.id |
Penulis | : | Septiana Risti Hapsari |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar