GridPop.ID - Virus Corona jenis Covid-19 ini adalah virus yang masih baru di dunia.
Ditemukan sejak akhir tahun 2019 lalu, virus ini menular dengan sangat cepat dan menyebar ke hampir seluruh dunia.
Virus Corona ini yang di dalamnya termasuk Covid-19 menyerang sistem pernapasan.
Namun, dari hari ke hari, virus Covid-19 ini mulai berkembang dan bermutasi.
Awalnya hanya menunjukkan gejala ringan seperti terkena flu pada umunya, sekarang Virus Covid-19 menyerang beberapa organ dan juga menunjukkan gejala-gejala baru.
Gejala baru yang muncul salah satunya adalah pasien Covid-19 mengalami Anosmia atau kehilangan penciuman.
Dari sekian banyak pasien Covid-19, kebanyakan efek samping berupa Anosmia ini sering dan banyak terjadi.
Tak hanya saat terjangkit, setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19 pun, pasien pun juga masih kehilangan fungsi indra penciumannya.
Lalu bagaimana cara membedakan kehilangan indra penciuman akibat virus corona dan pilek?
Melansir dari Kompas.com, dokter spesialis telinga hidung dan tenggorokan (THT) Rumah Sakit RS Columbia Asia (RSCA) Prof Dr dr Delfitri Munir, Sp.T.H.T.K.L(K) menjelaskan perbedaan keduanya.
Kehilangan penciuman karena Covid-19 disebabkan karena saraf penciuman terinfeksi virus corona.
Karena sifat virus merusak sel, membuat peradangan, hal ini membuat saraf penciuman terganggu dan berakibat hilangnya indra penciuman.
"Ini bisa temporer dan bisa juga permanen. Kalau sarafnya sudah mati, enggak bisa sembuh lagi," jelas dia.
Sementara itu, hilangnya indra penciuman akibat pilek atau influenza disebabkan oleh peradangan pada selaput lendir di seluruh hidung.
Hal tersebut membuat hidung mampet dan tak bisa menghirup udara.
"Karena radang, maka udara yang kita hirup tidak sampai ke atap rongga hidung tempat saraf itu, jadi dia nutup," kata dia.
Artinya, seorang pasien Covid-19 akan mengalami kehilangan indra penciuman, tetapi masih bisa menghirup udara dengan normal.
Sementara, kehilangan indra penciuman yang dialami oleh penderita pilek atau influenza biasanya disertai dengan gangguan dalam menghirup udara.
Sampai sekarang belum ada perawatan khusus untuk kondisi ini.
Menurut ahli THT Raj Sindwani, MD, seseorang yang mengalami anosmia juga bisa kehilangan rasa aman.
Dampak yang lebih luas bisa menyangkut psikologis seseorang.
Akibat gangguan dalam hubungan antara ingatan emosional, pengalaman, dan kemampuan penciuman, beberapa orang dapat mengalami kecemasan dan bahkan depresi.
Meski begitu, kabar baiknya adalah angka kehilangan penciuman secara permanen sebetulnya sangat kecil.
Lalu, bagaimanakah cara mengatasi Anosmia atau kehilangan indra penciuman ini?
1. Berkonsultasi dengan dokter
Jika anosmia juga disertai gejala lain, penting pula untuk melakukan pemeriksaan dan mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.
Namun, jika kehilangan penciuman adalah satu-satunya gejala yang dirasakan, buatlah janji dengan dokter untuk mendapatkan saran pemulihan.
Jika ada polip atau tumor, maka kamu memerlukan perawatan medis spesifik.
2. Latihan penciuman
Kamu juga bisa melakukan latihan penciuman mandiri di rumah.
Beberapa bau primer yang bisa dimanfaatkan untuk melatih penciuman, seperti bunga (diwakili mawar), buah (diwakili lemon), aromatik (diwakili cengkeh atau lavender), dan resin (diwakili kayu putih).
Cobalah mencium masing-masing bau dan hirup dalam-dalam aromanya selama 15-20 detik.
Ketika menghirup aroma, cobalah mengingat seperti apa baunya dan seperti apa bentuk objeknya berdasarkan pengalamanmu.
Ulangi langkah yang sama pada setiap objek sebanyak 2-3 kali dalam sehari.
Dengan cara ini, diharapkan penciuman akan terus membaik dari waktu ke waktu dan dalam tiga atau enam bulan, bahkan satu tahun, penciuman diharapkan sudah kembali normal.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Septiana Hapsari |
Editor | : | Septiana Hapsari |
Komentar