GridPop.ID - Gunung Merapi kembali menyemburkan awan panas pada Senin (16/8/2021).
Aktivitas Gunung Merapi ini mengalami erupsi sebanyak 2 kali yang material vulkaniknya tertiup sampai jarak terjauh mencapai 3,5 kilometer.
Dampak dari itu beberapa wilayah di seputaran lereng Gunung Merapi terjadi hujan abu.
Pada dasarnya aktivitas Gunung Merapi sudah meningkat beberapa waktu terakhir dengan luncuran awanpanas.
Lalu, bagaimana respon pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Iterhadap aktivitas Gunung Merapi ?
Dilansir dari Tribun Jogja, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X belum menginstruksikan masyarakat untuk mengungsi.
Sebabnya jarak luncur material vulkanik masih berada di dalam radius bahaya yang ditetapkan BPPTKG Yogyakarta, yakni sejauh 5 km dari puncak Merapi.
"Belum (mengungsi), saya kira masyarakatnya belum akan meninggalkan tempat. Karena memang perkiraaan saya hanya di sekitar situ saja. Nanti BPPTKG kan ada (rekomendas) kami menunggu berita dari sana," terang Sri Sultan saat ditemui di DPRD DIY, Senin (16/8/2021).
Baca Juga: Terjadi 52 Gempa Bumi Dalam Kurun Waktu 20 Hari di Awal Januari 2021, BMKG: Ada yang Tak Lazim
Sultan menjelaskan, sejak status Gunung Merapi dinaikkan pada 5 November 2020 lalu dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga), perkembangan aktivitas Merapi belum tampak mengancam pemukiman penduduk atau belum melampaui potensi bahaya yang ditetapkan oleh BPPTKG.
"Merapi ya aktivitas begini, dampaknya ya memang erupsi saja, ya kalau sampai debunya ya anginnya ke sana saja," papar Raja Keraton Yogyakarta ini.
Berdasarkan pemantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) tercatat awanpanas guguran Merapi kembali terjadi pada, Senin (16/08/2021) pukul 08.45 WIB dengan amplitudo 10 mm dan durasi 96 detik dengan jarak luncur 1500 meter ke arah barat daya.
Kepala Dusun Babadan 2 Atas, Sudarno menuturkan, aktivitas warga di Desanya masih berjalan normal
"Dari tadi pagi ya sudah hujan abu begini. Kalau aktivitas warga belum terganggu. Saat ini, warga masih melakukan kegiatan sehari-hari," jelasnya saat dihubungi Tribunjogja.com, pada Senin (16/08/2021).
Ia menambahkan, untuk dampak guyuran abu membuat tanaman di ladang mengalami kerusakan.
Hingga, sulitnya mencari pakan ternak karena rumput-rumput tertutupi abu erupsi.
"Kalau dampak abu masih sama ya, paling ngaruh ke tanaman warga serta sulitnya mencari pakan ternak. Untuk kerusakan fisik akibat abu erupsi belum ada," terangnya.
Sementara itu, Penangggungjawab serta pengelola wisata Nepal Van Java, Lilik Setyawan menuturkan, abu merapi pagi tadi pertama kali mengguyur wilayah Nepal Van Java, Dusun Butuh.
Sementara itu, abu Merapi juga mengguyur spot-spot wisata di Nepal Van Java.
"Aktivitas warga belum terganggu akibat hujan abu tadi. Beberapa spot wisata juga terdampak namun masih aman hanya tertutupi abu saja. Adanya, abu tidak menganggu aktivitas wisata karena selama masa pembatasan Nepal Van Java tidak beroperasi," ucapnya.
Sementara itu, berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang mencatat sebanyak 8 Kecamatan terdampak guyuran abu Merapi.
Di antaranya, Kecamatan Dukun dengan hujan abu sedang-tebal yang mengenai Desa Krinjing, Desa Paten, Desa Sengi, dan Desa Banyudono.
Lalu, Kecamatan Sawangan dengan hujan abu sedang-tebal yang berdampak di Desa Kapuhan, Desa Mangunsari,Desa Soronalan, Desa Ketep, dan Desa Gantang.
Kecamatan Tegalrejo dengan hujan abu tipis-sedang yang mengenai Desa Tegalrejo, Desa Kebonagung, dan Desa Ngadirejo, dan Desa Klopo.
Kecamatan Pakis dengan hujan abu tipis yang berdampak pada Desa Pakis, Desa Daseh, Desa Rejosari, dan Desa Bawang.
Kemudian, Kecamatan Secang yakni Desa Madyocondro, Desa Pucang, dan Desa Secang.
Lalu, Kecamatan Windusari yakni Desa Windusari, Kecamatan Candimulyo di Desa Candimulyo, hingga Kecamatan Kaliangkrik yakni Desa Kebonlegi juga mengalami hujan abu tipis.
Melihat dampak abu vulkanik pada kendaraan kesayangan, tentu ada dampak lain di samping membuat kendaraan menjadi kotor.
Melansir dari Kompas.com, Senin (16/8/2021), Nugroho, Kepala Bengkel Suzuki Mobil Pabelan menjelaskan bahwa pada bagian filter udara mobil akan terjadi penumpukan kotoran berlebih.
Jika ternyata filter udara yang terpasang sudah tidak layak pakai, maka abu vulkanik bisa masuk ke dalam ruang pembakaran dan merusak komponen di dalamnya.
"Betul, misal filter udara yang bolong atau rongganya terlalu besar bisa saja abu masuk ruang bakar dan berakibat lebih fatal. Namun kalau filter udara masih baik kemungkinan abu masuk ruang bakar tetep ada tapi sangat kecil kemungkinan," kata Nugroho menjelaskan.
Ia juga menyebutkan bahwa penumpukan abu vulkanik pada sistem pengereman akan membuat rem mengeluarkan bunyi ketika difungsikan.
Tidak hanya itu, sistem pendingin pada mobil juga akan terganggu. Pada kesempatan terpisah, Technical Support Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Didi Ahadi turut mengatakan hal yang serupa.
Abu vulkanik yang masuk ke dalam ruang pembakaran pada mesin berisiko besar melukai silinder seperti timbulnya baret-baret. Ini disebabkan bentuk abu vulkanik yang kasar dan tajam.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jogja |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar