GridPop.ID - Monosodium Glutamat (MSG) atau yang awam disebut micin memang masih menuai perdebatan.
Bumbu penyedap rasa ini kerap dianaktirikan oleh publik lantaran dianggap membawa dampak buruk pada tubuh.
Tak sedikit masyarakat yang mulai atau bahkan sudah lama mencoret micin dari dalam bumbu masakannya.
Namun tak sedikit pula yang masih setia menambahkan micin barang sedikit ke dalam masakannya.
Pengaruh buruk micin yang disebut-sebut mampu memperburuk kinerja otak pun kian ramai diperdebatkan.
Bahkan para ilmuan pun memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang dampak MSG alias micin ini untuk tubuh.
Melansir Tribun Kesehatan, Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat telah meminta kelompok ilmiah independen untuk menyelidikinya pada 1990-an.
Kelompok ini menyimpulkan bahwa MSG aman, meski mereka mengatakan bahwa orang yang sensitif akan mendapatkan gejala jangka pendek.
Seperti sakit kepala dan kantuk, jika mereka mengonsumsi 3 gram, atau lebih MSG.
FDA mengklasifikasikan, MSG secara umum aman dan sama dengan bahan lain seperti gula, dan soda kue.
Mereka mengatakan tubuh akan memetabolisme MSG dengan cara yang sama seperti glutamat alami, yang ditemukan dalam makanan.
Namun dari itu semua, ada hal-hal yang perlu diketahui tentang micin dari rangkuman berikut dilansir dari Kompas.com.
1. Penemuan micin
Micin atau MSG ditemukan oleh Kikunae Ikeda, profesor kimia Universitas Tokyo pada tahun 1908.
FDA mengategorikan MSG sebagai makanan aman namun mengonsumsi micin dalam jumlah berlebih juga tak disarankan.
2. Kandungan
Micin mengandung monosodium glutamat yang terdiri dari air, natrium, dan glutamat.
Glutamat merupakan zat penting yang dapat mengubah rasa makanan menjadi lebih nikmat.
Zat tersebut juga terkandung dalam susu, keju, daging, ikan, dan beberapa sayuran.
3. Efek
Efek penggunaan micin masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan.
Ada yang beranggapan, monosodium glutamat (MSG) berdampak buruk pada kemampuan kognitif seseorang. Benarkah?
Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Hardinsyah mengatakan, lembaga-lembaga kesehatan dunia--The Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA), hingga Kementerian Kesehatan RI menyatakan MSG aman dikonsumsi.
Menurut dia, anggapan bahwa penyedap rasa bisa berpengaruh pada kerja otak kemungkinan karena kesalahan persepsi atas penelitian yang dilakukan oleh peneliti Washington University, Dr John W. Olney.
Olney menguji MSG terhadap tikus putih dengan cara menyuntikkannya ke bawah kulit.
Cara ini dikritik dan dianggap tak lazim karena MSG umumnya diasup lewat makanan. Selain itu, dosis yang diberikan kepada tikus percobaan itu sangat tinggi, dan tak mungkin diterapkan pada manusia.
Hasilnya pun tak mengherankan, karena dosis yang tinggi, maka berdampak merusak otak.
"Dugaan saya (anggapan generasi micin), dari penelitian tikus tadi dikonotasikan, dipelintir, dan jadi mitos. Padahal kita tak mungkin kuat mengasup MSG dengan dosis sangat tinggi," ungkap Hardinsyah di Jakarta, Selasa (23/1/2018).
4. Hubungan dengan kemampuan otak
Seorang dokter, dr Ivena menjelaskan, otak mempunyai banyak syaraf dengan tugas menerima berbagai macam rangsangan.
Saraf yang menerima rangsangan ini disebut reseptor, di mana jumlahnya ada dibagian hipotalamus otak.
Kandungan glutamat dalam penyedap rasa mempunyai banyak reseptor yang ada di hipotalamus otak.
"Karena itu, efek kebanyakan glutamat di otak bisa membahayakan. Reseptor-reseptor dalam otak jadi terangsang secara berlebihan akibat kadar glutamat yang tinggi."
"Bila terus-terusan terjadi, alhasil aktivitas reseptor yang berlebihan malah bisa disebabkan kematian neuron," kata Ivena.
Neuron (sel saraf otak) mempunyai peran penting dalam menjalankan fungsi kognitif otak.
Kematian neuron sama artinya dengan fungsi kognitif otak turun dan menyebabkan otak seseorang lemah atau lemot.
5. Batasi konsumsi
Penggunaan MSG disarankan tak dalam jumlah banyak.
Meski dampaknya tak nampak dalam waktu singkat, jika MSG dikonsumsi setiap hari, semakin lama efeknya akan menumpuk.
MSG dapat digantikan dengan rempah-rempah alami seperti kunyit, jahe, lada, cengkeh, kayu manis, kemiri, dan ketumbar.
Menurut Persatuan Pabrik Monosodium Glutamate dan Glutamic Acid Indonesia (P2MI), MSG aman dikonsumsi dalam takaran penggunaan secukupnya.
Penelitan dari Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology Center (SEAFAST Center) IPB pada 2007, konsumsi MSG harian orang Indonesia sekitar 0,7 gram per orang per hari.
Jumlah ini lebih sedikit dari konsumsi MSG di Amerika Serikat kurang dari 1 gram per orang per hari dan Jepang 2 gram per orang per hari.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Kesehatan |
Penulis | : | Sintia N |
Editor | : | Sintia N |
Komentar